BAB I
PENDAHULUAN
Ketika banyak orang, termasuk kita yang mempercayai agama sebagai bentuk
eksistensi yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan didunia, juga di akhirat
kelak (bagi yang menyakininya), ada sebagian manusia yang berusahamenghapusnya
dari hadapannya dan tidak mengakuinya sebagai pembawa keteraturan dalam hidup
termasuk Karl Marx dan golongan atheis lainnya. Tapi mungkin bagi golongan atheis,
seperti Nietzsche ketika Tuhan ditiadakan maka saat itu pulaIa itu ada, namun lain
halnya dengan Marx yang menyatakan bahwa “agama `itu
adalah candu masyarakat”. Pernyataan
seperti itu adalah dalam batas kewajaran sejarah, dimana latar belakang
seorang anak manusia akan sangat
mempengaruhi apa yang ia kata dan buat dalam rentang waktu sejarah selanjutnya.
Termasuk Mark.
Ketika sebuah
perguruan tinggi Islam diharapkan akan melahirkan para intelektual yang arif
dan alim,maka tidak mungkin untuk adanya pelarangan terhadap berbagai ragam
ilmu yang mesti diakses oleh
seorang mahasiswa ,baik dari pengajaran
maupun bacaan (otodidak). Sebagai sebuah
yang termasuk dibebaskan untuk
dibaca dan diajarkan di kampus ,bukan tidak mungkin kemudian akan mempunyai
implikasi social secara nyata terhadap tingkah laku mahasiswa ,termasuk didalam
pikiran Marx. Pengaruh tersebut sebenarnya bukan hanya dari ajaran Mark saja ,namun dari berbagai bacaan
lainnya. Namun dengan melihat melihat tesis Marx yang menyatakan bahwa
agamaadalah candu ,memungkinkan untuk memperoleh banyak ruang dan waktu untuk masuk dalam pikiran dan
kemudian dalam bentuk tindakan oleh sebagian mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama adalah Candu
Begitu juga tentang ungkapam Karl Marx yang mengatakan bahwa , ” Agama itu
candu ”.Kita tidak bisa memaknainya secara langsung berdasarkan susunan
kata-kata tersebut. Kita seharusnya menimbang dan melihat kondisi pada saat
itu.Memang untuk dunia di awal abad 19 kondisi agama pada saat itu tidak banyak
berubah dari sebelumnya, agama (terutama Kristen pada saat itu ) sering
dijadikan kendaraan politik, alat kekuasaan untuk menindas dan membohongi
publik.
Agama tampak membunuh kesadaran manusia dan menghalangi
manusia untuk maju.Bahkan sisa-sisa fanatisme beragama sampai saat ini pun masih
dapat kita rasakan. Anehnya agama begitu digandrungi tanpa alasan, walaupun
efeknya secara sosial jelas tampak buruk. Maka tak salah fenomena
ketidaksadaran manusia yang diakibatkan oleh doktrin agama oleh Karl Marx
disebut sebagai ” Candu ”( Sesuatu yang membuat mabuk dan ketagihan ).
Raja Jaya Baya, juga mengatakan bahwa kelak akan ada
banyak orang mabuk agama ( dalam ungkapan bahasa jawa, ”Akeh Wong Mendem Dongo,”
). Yang artinya banyak orang yang berdoa ( Ibadah ) tapi tak mengerti apa arti
doannya, banyak orang sholat tapi tak mengerti apa arti sholatnya. Oleh Jaya
Baya diungkapkan sebagai ”Mendem Dongo,” ”, mabuk Doa, ” dan itu senada dengan
mabuk agama, kecanduan agama yang sama diungkapkan oleh Karl
Marx.Fenomena ketidaksadaran inilah yang melanda masyarakat kita. Agama bukan
malah membuka kesadaran manusia namun menutupi kesadaran. Sehingga melihat
fenomena itu, Apa yang diungkapkan Karl marx tidak salah,”Agama Adalah Candu“.
B. Candu dalam Masyarakat
Para pendeta
membodohi rakyat dan berusaha untuk mengalihkan langkah revolusi dengan
janji-janji mendapatkan surge abadi,tempat mereka yang sanggup menanggung
ketidak adilan di dunia ini. Mereka akan hidup dalam kesenagan dan kebahagian
abadi.
Bila janji-janji gereja
tidak terwujud,mereka akan mengancam, mengatakan, bahwa barangsiapa tidak patut
pada tuan feudal mereka, berarti tidak patut pada tuhan, wajar saja bila gereja
menggabungkan kekuatan dengan Tzar dan kemewaan dengan menindas para buruh yang
berkerja keras. Mereka semua memiliki kamp yang sama dan tahu benar bahwa bila
revolusi pecah tidak aka nada penghisap darah yang selamat baik ia bangsawan
atau pendeta.
Ketika janji-janji dan
ancaman sudah tidak berhasil,kekerasan terjadi dan hukuman dijatuhkan kepada
para pemberontak karena telah melawan
Tuhan dan agama. Karena itulah agama dipandang sebagai musuh nyata dari
orang-orang tersebut. Begitulah sehingga
muncul ucapa Karl Marx : “Agama adalah
candu bagi masyarakat“.
Faktanya adalah tokoh-tokoh agama
bertindak bertentangan dengan firman Tuhan dan prinsip islam. Kasus mereka sama
dengan para penyair penulis dan wartawan dewasa ini yang suka berkubang dalam
kotoran bila mereka yakin akan mendapatkan kesenangan yang terlarang dan hanya
sesaat saja. Namun kejahatan dari “pemuka agama seperti ini jauh lebih besar
dan lebih menakutkan dari pada para penyair, penulis dan wartawan karena para
pemuka agama dianggap melindungi firman Tuhan dan mengetahui esensi dari agama
lebih dari siapapun.Mereka dianggap mewujudkan realitas sikap mereka sendiri
ketika mereka memalsukan firman Tuhan untuk mendapatkan harga yang sangat tidak
pantas.
Sebelum melanjutkan lebih jauh kami ingin menekankan fakta bahwa mereka
ini bukan “pemuka agama” seperti dalam islam dan apa yang mereka katakan tidak
hanya terbatas pada islam. Nasib buruk orang-orang islam sebenarnya berawal
dari ketidaktahuan mereka tentang agama mereka sendiri.
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan
malaikat dalam keadaan menganiyaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat
bertanya: dalam keadaan bagaimana kamu ini? Mereka menjawab: adalah kami
orang-orang yang tertindas di negeri makkah. Para malaikat berkata: bukankah
bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? Orang-orang itu
tempatnya neraka jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali.
Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan ataupun anak-anak
yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan(untuk hijrah), mereka
itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.” (QS 4: 97-99)
Kejahatan yang tidak bisa diampuni adalah bila kita pasrah kepada
ketidakadilan dengan dalih bahwa ia lemah atau tertindas di dunia. Al-Qur’an menggunakan
istilah menganiaya diri sendiri atau berdosa terhadap jiwa mereka sendiri,
untuk menjelaskan orang yang menerima suatu posisi yang lebih rendah dari pada
kedudukan yang diinginkan Tuhan bagi semua orang dan menyerukan kepada mereka
untuk bekerja dengan segala daya dan upaya mereka untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan.
Seperti orang islam yang benar-benar lemah dan tertindas, mereka tidak
akan dibiarkan sendirian. Tugas masyarakat islam adalah memerangi penindasan
dan memberantas mereka darisitu :
“Mengapa kamu tidak mau berpegang dijalan
Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita, maupun
anak-anak yang semuanya berdoa: Ya Tuhan kami keluarkanlah kami dari negeri ini
(mekkah) yang zalim penduduknya”. (QS 4:75)
Tuhan tidak pernah puas dengan mereka yang bersedia menerima dan pasrah
pada ketidakadilan. Mereka justru dituntut untuk berperang melawan
ketidakadilan dan menolong yang tertindas sehingga Tuhan akan ridha pada
mereka.
Islam mengatur bahwa kekayaan tidak boleh hanya berputar pada segelintir
orang kaya saja. Islam juga menetapkan bahwa Negara harus menjamin keamanan
kerja bagi warganya atau dengan mencukupi kebutuhan mereka dari dana Departemen
Keuangan bila mereka memang tidak mampu berkerja.
Harta benda akan menumpuk di tangan kelas tertentu yang dibagi-bagi di
antara mereka sendiri dan orang-orang miskin akan kehilangan sebagian besar kekayaan
itu (seperti yang terjadi dalam feodalisme dan kapitalisme) Namun ini adalahkejahatan
yang mengerikan ;ini melanggar perintah Tuhan bahwa kekayaan tidak boleh hanya beredar di
kalangan orang kaya saja. Konsekuensi lain dari sikap diam tidak mau melawan
ketidakadilan social adalah orang-orang kaya akan menahan kekayaan mereka atau
mereka atau mereka akan menghabiskannya untuk diri mereka sendiri dan bergelimang
kemewahan dan berbagai kesenangan.Kasus yang pertama sangat buruk: “Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan
Allah,maka beritahukanlah kepada mereka,(bahwa mereka akan mendapat), siksa
yang pedih”.
Pesan islam
bukan aktif bekerja untuk mewujudkan keinginan yang tidak bertentangan dengan
kaidah-kaidah yang benar, dan menerima dengan ikhlas sesuatu yang tidak bisa
diubah. Namun bila ada ketidakadilan yang bisa dicegah, Tuhan tidak suka dengan
orang-orang yang tidak melakukan apapun untuk melawannya: “Barang siapa yang berperang dijalan Tuhan, kalah atau menang pasti Kami
akan memberikan pahala yang besar”. (QS 4: 74)
Bila di dunia
ini ada agama yang bisa disebut sebagai candu masyarakat, maka islam bukan
agama tersebut, karena islam menyangkal segala bentuk ketidakadilan dan
mengancam mereka yang menerimanya dengan pasrah tanpa berbuat apapun.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Agama tampak membunuh kesadaran manusia dan menghalangi manusia untuk
maju.Bahkan sisa-sisa fanatisme beragama sampai saat ini pun masih dapat kita
rasakan. Anehnya agama begitu digandrungi tanpa alasan, walaupun efeknya secara
sosial jelas tampak buruk. Maka tak salah fenomena ketidaksadaran manusia yang
diakibatkan oleh doktrin agama oleh Karl Marx disebut sebagai ” Candu ”(
Sesuatu yang membuat mabuk dan ketagihan ).
Kejahatan yang tidak bisa diampuni adalah bila kita pasrah kepada
ketidakadilan dengan dalih bahwa ia lemah atau tertindas di dunia. Al-Qur’an
menggunakan istilah menganiaya diri sendiri atau berdosa terhadap jiwa mereka
sendiri, untuk menjelaskan orang yang menerima suatu posisi yang lebih rendah
dari pada kedudukan yang diinginkan Tuhan bagi semua orang dan menyerukan
kepada mereka untuk bekerja dengan segala daya dan upaya mereka untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr.
Quthub Muhammad, Islam Agama pembebas, (Jakarta:
MITRA PUSTAKA, 2001)
Djamanuri,
Ilmu Perbandingan Agama, ( Jakarta:
Rajawali Pers, 1992)
http://agama.kompasiana.com/2011/01/30/agama-itu-candu/
Makasih ya atas informasinya sangat bermanfaat sekali
BalasHapushttp://www.manfaat.tepungsagu.com/2015/05/khasiat-kolang-kaling.html