Rabu, 11 Juli 2012

CONTOH MAKALAH AGAMA SEBAGAI CANDU


BAB I
PENDAHULUAN

Ketika banyak orang, termasuk kita yang mempercayai agama sebagai bentuk eksistensi yang akan mengantarkan kepada kebahagiaan didunia, juga di akhirat kelak (bagi yang menyakininya), ada sebagian manusia yang berusahamenghapusnya dari hadapannya dan tidak mengakuinya sebagai pembawa keteraturan dalam hidup termasuk Karl Marx dan golongan atheis lainnya. Tapi mungkin bagi golongan atheis, seperti Nietzsche ketika Tuhan ditiadakan maka saat itu pulaIa itu ada, namun lain halnya dengan Marx yang menyatakan bahwa “agama `itu adalah candu masyarakat”. Pernyataan seperti itu adalah dalam batas kewajaran sejarah, dimana latar belakang seorang  anak manusia akan sangat mempengaruhi apa yang ia kata dan buat dalam rentang waktu sejarah selanjutnya. Termasuk Mark.
            Ketika sebuah perguruan tinggi Islam diharapkan akan melahirkan para intelektual yang arif dan alim,maka tidak mungkin untuk adanya pelarangan terhadap berbagai ragam ilmu  yang mesti diakses oleh seorang  mahasiswa ,baik dari pengajaran maupun bacaan (otodidak). Sebagai sebuah  yang termasuk  dibebaskan untuk dibaca dan diajarkan di kampus ,bukan tidak mungkin kemudian akan mempunyai implikasi social secara nyata terhadap tingkah laku mahasiswa ,termasuk didalam pikiran Marx. Pengaruh tersebut sebenarnya bukan hanya dari ajaran  Mark saja ,namun dari berbagai bacaan lainnya. Namun dengan melihat melihat tesis Marx yang menyatakan bahwa agamaadalah candu ,memungkinkan untuk memperoleh banyak ruang  dan waktu untuk masuk dalam pikiran dan kemudian dalam bentuk tindakan oleh sebagian mahasiswa.







BAB II
PEMBAHASAN

A.    Agama adalah Candu
            Begitu juga tentang ungkapam Karl Marx yang mengatakan bahwa , ” Agama itu candu ”.Kita tidak bisa memaknainya secara langsung berdasarkan susunan kata-kata tersebut. Kita seharusnya menimbang dan melihat kondisi pada saat itu.Memang untuk dunia di awal abad 19 kondisi agama pada saat itu tidak banyak berubah dari sebelumnya, agama (terutama Kristen pada saat itu ) sering dijadikan kendaraan politik, alat kekuasaan untuk menindas dan membohongi publik.
            Agama tampak membunuh kesadaran manusia dan menghalangi manusia untuk maju.Bahkan sisa-sisa fanatisme beragama sampai saat ini pun masih dapat kita rasakan. Anehnya agama begitu digandrungi tanpa alasan, walaupun efeknya secara sosial jelas tampak buruk. Maka tak salah fenomena ketidaksadaran manusia yang diakibatkan oleh doktrin agama oleh Karl Marx disebut sebagai ” Candu ”( Sesuatu yang membuat mabuk dan ketagihan ).
            Raja Jaya Baya, juga mengatakan bahwa kelak akan ada banyak orang mabuk agama ( dalam ungkapan bahasa jawa, ”Akeh Wong Mendem Dongo,” ). Yang artinya banyak orang yang berdoa ( Ibadah ) tapi tak mengerti apa arti doannya, banyak orang sholat tapi tak mengerti apa arti sholatnya. Oleh Jaya Baya diungkapkan sebagai ”Mendem Dongo,” ”, mabuk Doa, ” dan itu senada dengan mabuk agama, kecanduan agama yang  sama diungkapkan oleh Karl Marx.Fenomena ketidaksadaran inilah yang melanda masyarakat kita. Agama bukan malah membuka kesadaran manusia namun menutupi kesadaran. Sehingga melihat fenomena itu, Apa yang diungkapkan Karl marx tidak salah,”Agama Adalah Candu“.

B.     Candu dalam Masyarakat
Para pendeta membodohi rakyat dan berusaha untuk mengalihkan langkah revolusi dengan janji-janji mendapatkan surge abadi,tempat mereka yang sanggup menanggung ketidak adilan di dunia ini. Mereka akan hidup dalam kesenagan dan kebahagian abadi.
      Bila janji-janji gereja tidak terwujud,mereka akan mengancam, mengatakan, bahwa barangsiapa tidak patut pada tuan feudal mereka, berarti tidak patut pada tuhan, wajar saja bila gereja menggabungkan kekuatan dengan Tzar dan kemewaan dengan menindas para buruh yang berkerja keras. Mereka semua memiliki kamp yang sama dan tahu benar bahwa bila revolusi pecah tidak aka nada penghisap darah yang selamat baik ia bangsawan atau pendeta.
      Ketika janji-janji dan ancaman sudah tidak berhasil,kekerasan terjadi dan hukuman dijatuhkan kepada para pemberontak karena telah melawan  Tuhan dan agama. Karena itulah agama dipandang sebagai musuh nyata dari orang-orang tersebut. Begitulah  sehingga muncul ucapa Karl Marx : Agama adalah candu bagi masyarakat“.
      Faktanya adalah tokoh-tokoh agama bertindak bertentangan dengan firman Tuhan dan prinsip islam. Kasus mereka sama dengan para penyair penulis dan wartawan dewasa ini yang suka berkubang dalam kotoran bila mereka yakin akan mendapatkan kesenangan yang terlarang dan hanya sesaat saja. Namun kejahatan dari “pemuka agama seperti ini jauh lebih besar dan lebih menakutkan dari pada para penyair, penulis dan wartawan karena para pemuka agama dianggap melindungi firman Tuhan dan mengetahui esensi dari agama lebih dari siapapun.Mereka dianggap mewujudkan realitas sikap mereka sendiri ketika mereka memalsukan firman Tuhan untuk mendapatkan harga yang sangat tidak pantas.
Sebelum melanjutkan lebih jauh kami ingin menekankan fakta bahwa mereka ini bukan “pemuka agama” seperti dalam islam dan apa yang mereka katakan tidak hanya terbatas pada islam. Nasib buruk orang-orang islam sebenarnya berawal dari ketidaktahuan mereka tentang agama mereka sendiri.
“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiyaya diri sendiri (kepada mereka) malaikat bertanya: dalam keadaan bagaimana kamu ini? Mereka menjawab: adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri makkah. Para malaikat berkata: bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? Orang-orang itu tempatnya neraka jahanam, dan jahanam itu seburuk-buruknya tempat kembali. Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau perempuan ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan(untuk hijrah), mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Dan Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS 4: 97-99)
Kejahatan yang tidak bisa diampuni adalah bila kita pasrah kepada ketidakadilan dengan dalih bahwa ia lemah atau tertindas di dunia. Al-Qur’an menggunakan istilah menganiaya diri sendiri atau berdosa terhadap jiwa mereka sendiri, untuk menjelaskan orang yang menerima suatu posisi yang lebih rendah dari pada kedudukan yang diinginkan Tuhan bagi semua orang dan menyerukan kepada mereka untuk bekerja dengan segala daya dan upaya mereka untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Seperti orang islam yang benar-benar lemah dan tertindas, mereka tidak akan dibiarkan sendirian. Tugas masyarakat islam adalah memerangi penindasan dan memberantas mereka darisitu :
“Mengapa kamu tidak mau berpegang dijalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdoa: Ya Tuhan kami keluarkanlah kami dari negeri ini (mekkah) yang zalim penduduknya”. (QS 4:75)
Tuhan tidak pernah puas dengan mereka yang bersedia menerima dan pasrah pada ketidakadilan. Mereka justru dituntut untuk berperang melawan ketidakadilan dan menolong yang tertindas sehingga Tuhan akan ridha pada mereka.
Islam mengatur bahwa kekayaan tidak boleh hanya berputar pada segelintir orang kaya saja. Islam juga menetapkan bahwa Negara harus menjamin keamanan kerja bagi warganya atau dengan mencukupi kebutuhan mereka dari dana Departemen Keuangan bila mereka memang tidak mampu berkerja.
Harta benda akan menumpuk di tangan kelas tertentu yang dibagi-bagi di antara mereka sendiri dan orang-orang miskin akan kehilangan sebagian besar  kekayaan  itu (seperti yang terjadi dalam feodalisme dan kapitalisme) Namun ini adalahkejahatan yang mengerikan ;ini melanggar perintah Tuhan bahwa  kekayaan tidak boleh hanya beredar di kalangan orang kaya saja. Konsekuensi lain dari sikap diam tidak mau melawan ketidakadilan social adalah orang-orang kaya akan menahan kekayaan mereka atau mereka atau mereka akan menghabiskannya untuk diri mereka sendiri dan bergelimang kemewahan dan berbagai kesenangan.Kasus yang pertama sangat buruk: “Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah,maka beritahukanlah kepada mereka,(bahwa mereka akan mendapat), siksa yang pedih”. 
Pesan islam bukan aktif bekerja untuk mewujudkan keinginan yang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah yang benar, dan menerima dengan ikhlas sesuatu yang tidak bisa diubah. Namun bila ada ketidakadilan yang bisa dicegah, Tuhan tidak suka dengan orang-orang yang tidak melakukan apapun untuk melawannya: “Barang siapa yang berperang dijalan Tuhan, kalah atau menang pasti Kami akan memberikan pahala yang besar”. (QS 4: 74)
Bila di dunia ini ada agama yang bisa disebut sebagai candu masyarakat, maka islam bukan agama tersebut, karena islam menyangkal segala bentuk ketidakadilan dan mengancam mereka yang menerimanya dengan pasrah tanpa berbuat apapun.


BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
           Agama tampak membunuh kesadaran manusia dan menghalangi manusia untuk maju.Bahkan sisa-sisa fanatisme beragama sampai saat ini pun masih dapat kita rasakan. Anehnya agama begitu digandrungi tanpa alasan, walaupun efeknya secara sosial jelas tampak buruk. Maka tak salah fenomena ketidaksadaran manusia yang diakibatkan oleh doktrin agama oleh Karl Marx disebut sebagai ” Candu ”( Sesuatu yang membuat mabuk dan ketagihan ).
Kejahatan yang tidak bisa diampuni adalah bila kita pasrah kepada ketidakadilan dengan dalih bahwa ia lemah atau tertindas di dunia. Al-Qur’an menggunakan istilah menganiaya diri sendiri atau berdosa terhadap jiwa mereka sendiri, untuk menjelaskan orang yang menerima suatu posisi yang lebih rendah dari pada kedudukan yang diinginkan Tuhan bagi semua orang dan menyerukan kepada mereka untuk bekerja dengan segala daya dan upaya mereka untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
 
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Quthub Muhammad, Islam Agama pembebas, (Jakarta: MITRA PUSTAKA, 2001)
Djamanuri, Ilmu Perbandingan Agama, ( Jakarta: Rajawali Pers, 1992)
http://agama.kompasiana.com/2011/01/30/agama-itu-candu/

1 komentar:

Selamat Datang Di Sshientha Blog, Semoga Memberikan Informasi yang Bermanfaat