Nama : Nur Aisah Budi Asinta
NIM : 26.10.1.1.018
Prodi : KPI
Mata Kuliah : Komunikasi Massa
Sejarah Media Massa
Sejarah media
massa secara global
Awal mula perkembangan teknologi
komunikasi dimulai dari perkembangan teknologi percetakan, kemudian radio, dan
menyusul televisi. Konsep dasar percetakan secara mekanis telah dikembangkan di
cina da korea pada tahun 600 SM. Sebelum perkembangan konsep dasar percetakan,
sekitar 45 abad yang lalu, di Mesir, dokumen penting di tumbuk, dan dipres oleh
pita-pita daun papirus basah, yang diletakkan ditumpuk, bersilang sampai
membentuk lembaran tipis dan padat, kemudian dijemur hingga kering.
Temuan itu dilakukan untuk memudahkan
penyimpanan dan pembawaan dokumen dalam jumlah banyak. 3000 tahun berikutnya,
sebagian besar abjad dan piktografi Mesir diganti dengan simbol fonetik dan
abjad modern, tulisan dalam peradaban barat. Pada abad ke-8 dan ke-9, orang
Arab mulai belajar mencetak dokumen dan menemukan pembuatan kertas dari kain.
Bangsa Arab segera menyadari keuntungan percetakan kertas kain dan mulai
menghasilkan buku religius. Karena islam mendorong penyebaran ilmu pengetahuan
dan ajaran Rasulullah SAW, mencetak dengan kertas segera menyebar luas di
kalangan bangsa Arab. Orang Eropa sudah mengetahui adanya teknologi percetakan
dokumen ini sejak lama, namun mereka tidak berminat mengabaikannya hingga
abad-15 yaitu masa renaissance. Sejarawan media, Anthony Smith mengatakan,
“Cetak-mencetak di Eropa berkembang langsung dari permintaan naskah-naskah yang
tidak dapat dipenuhi oleh tulisan tangan. Pada tahun 1500, sudah terdapat lebih
1.100 percetakan di 200 kota Eropa yang telah menghasilkan sekitar 12 juta buku
dalam 3.500 edisi”.
Pada Abad-17 ditemukan surat kabar
the London Gazette yang terbit tahun 1707. Surat kabar tadinya hanya berfungsi
sebagai catatan harian perdagangan bagi kelas saudagar. Isinya hanya pengumuman
kedatangan dan keberangkatan kapal, catatan cargo, harga-harga barang, dan
berita seputar negara asing. Hingga pada tahun 1833, seorang bernama benyamin
Day mulai menerbitkan surat kabar di New York bernama The New York Sun, yang
dijual di jalan-jalan dengan harga satu sen.
Ilmu Komunikasi masuk Ke Indonesia
Media
Cetak
Sebenarnya tanpa disadari oleh
manusia termasuk Masyarakat Indonesia, bahwa komunikasi sudah terjadi sejak dia
lahir. Meskipun bayi belum bisa berbicara, namun dia juga melakukan komunikasi.
Yaitu dengan cara menangis jika lapar.
Di Indonesia perkembangan ilmu
komunikasi diawali oleh perkembangan surat kabar, kemudian radio, dan televisi.
Sebelum era Orde Baru, Hill (1995), menyatakan bahwa media massa Indonesia
merupakan forum untuk mengekspresikan aspirasi nasionalisme dan agitasi
politik. Surat kabar yang terbit pertama kali di Indonesia adalah Bataviasche
Nouvelles en Politique Rasionemenentes.
Sebagian dari organ pemerintahan Belanda, surat kabar yang terbit pada
tahun 1745 ini, lebih banyak menampilkan iklan untuk kepentingan komersial.
Pada tahun 1855, terbit surat kabar berbahasa nonbelanda (jawa) di solo, yang
bernama Bromartani.
Pada tanggal 17 Agustus 1903,
Tirtoadisuryo menerbitkan Sunda Berita. Dan 4 tahun kemudian, ia menerbitkan
Medan Prijanji. Kedua surat kabar tersebut menggambarkan situasi politik di
Indonesia dan memberikan interpretasi terhadap situasi tersebut dari sudut
pandang nasionalisme. Sampai dengan terjadinya Sumpah Peumuda pada tahun 1928
hingga masa akhir kekuasaan kolonial Belanda, di Indonesia terdapat 33 surat
kabar dengan tiras, 47 ribu eksemplar, yang terdiri dari : 13 surat kabar
berbahasa Indonesia, 12 bahasa Cina, 8 yang menggunakan bahasa Indonesia atau
Melayu.
Radio
Selain surat kabar, radio juga
merupakan media yang tergolong tua usianya di Indonesia. Radio siaran yang
pertama kali mengudara di Indonesia adalah BRV (Bataviasche Radio Vereniging)
pada 16 Juni 1925, milik swasta yang beroprasi di Jakarta. Pada awal tahun
1960, siaran radio memasuki masa penting dengan dikembangkannya teknologi
siaran menggunakan frekuensui FM. Teknologi FM, sebenarnya telah ditemukan pada
tahun 1930, namun ketika itu hanya sedikit saja pesawat radio bisa menerima
siaran FM. Walaupun daya jangkau lebih rendah, namun dibandingkan AM siaran FM
menghasilkan suara yang lebih jernih dan efek suara stereo.
Secara defacto Radio Siaran Swasta
Nasional Indonesia tumbuh sebagai perkembangan profesionalisme “ radio amatir”
yang dimonotori kaum muda di awal Orde Baru tahun 1996. Sedangkan secara
yuridis keberadaan Radio Siaran Swasta diakui, dengan persyaratan,
penyelenggaraannyaber-Badan Hukum dan dapat menyesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah Ri nomor 55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran Non Pemerintah, yang mengatur fungsi, hak, kewajiban,
dan tanggung jawab radio siaran, syarat-syarat penyelenggaraan, perizinan serta
pengawasannya.
Televisi
Tahun 1922, seorang remaja berusia
15 tahun Philo Farnsworth mengemudikan sebuah traktor maju mundur yang
mengikutialur di sebuah ladang di Idaho, AS. Gambar yang dihasilkan
menginspirasikan untuk menciptakan serangkaian gambar elektronik sebagaimana
dalam alur ladang. Pada tahun 1927 Farnsworth dan AT&T mendemonstrasikan
penemuan televisi dihadapan publik, sejak itu televisi menjadi media massa.
Perkembangan televisi terhambat
selama perang dunia II, karena bahan baku komponen pesawat televisi
dialokasikan ke industri perang. Setelah perang selesai pada tahun 1945,
penyiaran televisi kembali menggeliat. Ketika itu AT&T menemukan teknologi
baru penyiaran jaringan televisi dengan kabel coaxical dengan menu utama
seputar olahraga.
Pada tahun 1948 telah ada satu juga
set televisi di AS dengan stasiun mencapai 50 buah. Atas pertimbangan banyaknya
jumlah setasiun televisi FCC (Federal Communication Comision) lalu menghentikan
izin operasional stasiun baru. Setelah frekuensi ditata ulang. FCC kembali
mengizinkan operasionalisasi siaran stasiun baru. Stasiun TV pun melonjak
menjadi 108 buah 4 tahun
setelah pembekuan. Jumlah pesawat televisi juga mmelejit hingga mencapai 15
juta pada tahun 1952.
Film
Film adalah sarana baru yang
digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu,
serta menyajikan, cerita, peristiwa, music, drama dan sajian teknisi lainnya
kepada masyarakat umum. Kehadirannya film adalah sebagai penemuan untuk waktu
luang di luar jam kerja atau sebagai kebutuhan diwaktu senggang.
Dalam sejarah perkembangan film ada
3 tema besar dan satu atau 2 tonggak sejarah penting. Tema pertama adalah
pemanfaatan film sebagai alat propaganda, tema yang kedua adalah munculnya
beberapa aliran seni film (Huaro,1963) dan lahirnya aliran film dokumentasi
social. Kedua tema ini mempunyai kaitan dengan tema propaganda.
Salah satu tonggak sejarah yang
disebut tadi ialah lahirnya televise. Tonggak sejarah kedua yang ditulis dengan
baik oleh Tunstall (1977) adalah besarnya pengaruh “Amerikanisasi” terhadap
industri dan budaya film pada tahun-tahun sesuai perang Dunia I. dapat
dibuktikan dengan jelas bahwa televise mengambil alih banyak penonton film,
terutama penonton yang sudah berkeluarga. Sehingga para penonton film semakin
sedikit dan yang menonton kebanyakan berusia muda. Salah satu konsekuensi
terakhir dengan adanya tonggak peralihan tersebut adalah menurunnya kebutuhan
akan penyajian yang sehat dan terhormat. Dengan kata lain film lebih bebas
memenuhi kebutuhan akan sajian yang berbau kekerasan, mengerikan dan
pornografi.
Terlepas dari kenyataan menurunya
jumlah penonton film, film justru mampu mencapai kekhususan tertentu (Jowett And
Linton 1980) yakni sebagai sarana pemeranbagi media lain dengan sebagai sumber
budaya yang berkaitan erat dengan buku, film kartun, bintang televise dan film
seri serta lagu. Dengan demikian film berperan sebagai pembentuk budaya massa.
Bukan semata-mata mengharapkan media lainnya sebagai peran film pada massa
kejayaannya yang lalu.
Sejarah
Internet Di Indonesia
Di Indonesia
jaringan internet mulai dikembangkan pada tahun 1983 di Universitas Indonesia,
yaitu UINET oleh Dr. Joseph F.P. Luhuley, seorang doktor Filosofi Ilmu Komputer
dari Amerika Serikat. Jaringan tersebut dibangun dalam waktu 4 tahun. Selain
itu pula ia membangun Uninet (University Network) di lingkungan Departemen dan
Kebudayaan. Uninet merupakan jaringan komputer dengan jangkauan yang lebih
luas, yaitu meliputi kampus UI, ITB, IPB, UGM, ITS, UNHAS, dan Ditjen Dikti.
Hingga pertengahan tahun 1990-an
jangkauan internet
di Indonesia semakin meluas, merambah hingga ke pihak-pihak yang bahkan tidak
memiliki komputer atau sambungan telepon di rumahnya. Akses internet terhadap
publik yang semakin luas ini tentu jauh dari pengawasan dibandingkan telepon
dan faks untuk umum. Tak ada data yang mampu menyebutkan tentang siapa pengguna
internet. Dari segi teknis terdapat kesulitan untuk menyensor arus pesan di internet. Hal ini pula yang nantinya
menjadi sebuah problem penting pada masa rezim Soeharto.
Pada
awal perkembangannya, internet dimulai dari kegiatan-kegiatan yang bersifat
non-komersial, seperti kegiatan-kegiatan berbasis hobi, dan dalam perkembangan
selanjutnya kebanyakan diprakarsai oleh kelompok akademis atau mahasiswa dan
ilmuwan yang sebagian pernah terlibat dengan kegiatan berbasis hobi tersebut
melalui upaya membangun infrastruktur telekomunikasi internet. Peranan
pemerintah Indonesia dalam perkembangan jaringan internet di Indonesia memang
tidak banyak, namun juga tidak dapat dikesampingkan, karena mereka juga turut
berperan dalam berkembangnya sebuah sistem informasi di dalam internet yang
kemampuan aksesnya tinggi atau sering disebut dengan Information
Superhighway.
DAFTAR PUSTAKA
http://blogkeandhi.blogspot.com/2010/06/sejarah-media-massa-di-indonesia-e.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar